Tuesday, January 20, 2009

Valentine

Valentine

Kau bilang ini hari valentine
Hari kasih sayang
Lalu kau beri aku bunga,romantis
Se-romantis valentine

Kau bilang ini hari valentine
Hari kasih sayang
Lalu kau minta aku buktikan
Kaih sayamgku, cintaku
Ku berikan kecupan sayang
Di keningmu

Kau bilang ini hari valentine
Hari kasih sayang,
Sebuah kecupan di kening
Tak cukup untuk
Ungkapkan sayang dan cintaku padamu
Kau minta lebih

Kau bilang ini hari valentine
Hari kasih sayang,
Tapi mengapa kau begitu marah
Saat aku tak bisa penuho apa yang kau ingin

Kau bilang ini hari valentine,
Hari kasih sayang
Tapi kau tak menyayangiku
Kau tak bisa terima penolakanku
Hingga terpaksa ku ucapkan selamt tinggal

Kau bilang ini hari valentine,
Hari kasih sayang

Aku bilang ini hari valentine
Hari perpisahan kita
* * *
250299.1327

Berlalu 1

Berlalu 1

Satu-satu berlalu meninggalkanku
Pedih nian nasibku
Selalu di tinggalkan
Oh betapa menyakitkan
Sebuah perpisahan
Selamat berpisah kekasih
Berat nian melepasmu
Kenanglah aku selalu dalam hidupmu
* * *
090302

Ada

Ada kau ada cinta,
Ada kau ada rindu
Ada kau ada harap
Karena kau ada,
Semua itu ada
* * *

Aku merindukanmu

Aku merindukanmu kini
Ku berdiri di depan jendela
Memandang angkasa
Yang selalu bicara apa itu nostalgia
Perasan sesal selalu menjalariku
Bila ku mengingatmu
Mengapa dulu aku meninggalkamu
Kalau yang ada hanya sunyi kini
* * *
170904.1450

Aku bukan pahlawan

Kuberbaring,ditemani resah yang bergejolak,
Tuntutan yang tinggi
Tapi aku tak memiliki sayap untuk meraihnya,
Pada siapa aku meminta pertolongan.
Dimana aku harus sembunyi
Dari wajah-wajah penuh duka,
Aku bukan pahlawan, juga bukan pesulap,
Tuntutan itu terlalu tinggi,
Untuk aku yang ada di dasar kini
* * *
090204.0937

Aku bukan pahlawan

Kuberbaring,ditemani resah yang bergejolak,
Tuntutan yang tinggi
Tapi aku tak memiliki sayap untuk meraihnya,
Pada siapa aku meminta pertolongan.
Dimana aku harus sembunyi
Dari wajah-wajah penuh duka,
Aku bukan pahlawan, juga bukan pesulap,
Tuntutan itu terlalu tinggi,
Untuk aku yang ada di dasar kini
* * *
090204.0937

Sepi sunyi

Sepi Sunyi, di kamar seorang diri,
Sepi Sunyi, hari berganti,
Sepi Sunyi, masih di kamar ini,
Sepi Sunyi, dimanakah dia
Pangeran jiwaku,
Kulukis lewat khayal
Kuharap lewat waktu,
Kupanggil lewat doa
Masih juga khayal,
Masih juga tak jumpa,
Masih juga tak terdengar
Dimanakh engkau pasangan jiwa?
Di deru ombak lauatan lepas?
Di gunung yang tinggi?
Di hutan belantara?
Di kota yang hiruk pikuk?
Atau di desa yang tenang?
Dimanakah engkau?
Tidakkah engkau merasa,
Sepi. Sunyi,
Tanp akupasangan jiwamu!
* * *
99

Seseorang disana

Seseorang disana selalu mengeja namamu,
Harapnya seperti nyala api, membara
Seseorang disana, selalu mencarimu
Dalam gugusan bintang yang berkelip.
Nyanyian sunyi teman abadi,
Dimanakah kau kini?
Seseorang yang diturunkan bumi
Tuk menemaninya!
* * *

Sunday, January 18, 2009

Kini

Semua tidak mungkin lagi kini
Sejak sunyi melulu bernyanyi
Ku tahu kau semakin tergesa
Meninggalkanku
Harapku dulu, tak pernah
Beranjak berubah
Sejak kini, ku tahu
Tak mungkin lagi

Kemarin

Kemarin lelah aku mendamba
Kemarin begitu banyak do’a ku lafalkan
Kemarin aku hanya membayangkanmu
Kemarin adalah khayalan,
Hari ini adalah kenyatan
Serangkai bunga kau kalungkan
Harum mewangi
Berseri bumi, berseri hati
Usai penantianku
Kau miliku, selamanya

Saturday, January 10, 2009

Sunyi

Kebebasanku adalah sunyi
Kemerdekaanku adalah sepi
Hatiku adalah ratap harap
Pada seorang pangeran
Nun jauh di sana ku damba
Ia tawarkan rasa padaku
Aku nanti tiada bosan
Arungi hari sendiri, sepi, sunyi
* * *

Friday, January 9, 2009

lelaki

Lelaki akulah wanitamu
Takdir akan menyatukan kita
Dalam ikatan cinta
Lelaki, akulah wanitamu
Kelak kita kan bersama
Merajut hari-hari penuh cinta
Lelaki akulah wanitamu
Yang akan menemanimu
Hingga maut memisahkan
* * *

Thursday, January 8, 2009

Just merriage

Kemarin kau datang, melamarku
Semudah itukah jodohku?
Sedekat itukah pasangan jiwaku?
Aku bimbang, memilihmlu atau tidak
Kalau bukan dirimu, aku poassti menolak
Tapi itulah dirimu,
Yang saat remaja punya raasa padaku
Dan aku pun berharap padamu
Tapi masa remaja telah melewati kita
Hari ini, kau datang mengenakan jas pengantin
Seperti mimpi, kau mengucapkan janji,
Padahal kita belum saling mengenal
Akh, tapi persetan, just marriage
* * *
120804

Monday, January 5, 2009

Pak tua

Tubuhmu renta, bukan karena usia
Rambutmu memutih,
Juga bukan oleh usia
Tapi derita yang kau tanggung
Yang melakukannya
Memikirkan esok
Tergambar kegelapan belaka
Ongkos hidup kian berat
Remuk hatimu melihat
Buah hati seumur jagung
Sementara kau telah tengah baya
Semua beban bertumpu
Di pundakmu
Karenanya, tubuhmu
Di makan derita
Menua sebelum waktunya

Ku lepas

Ku lepas saja namanya dari ingatku
Kugapai selalu namun tak tergapai
Ku lepas, ku lepas, ku lepas
* * *
150205

Friday, January 2, 2009

kekasih gelap

Malam selasa adalah malam kuburan begitu para pekerja diskotik Nindya biasa menyebutnya. Karena biasanya hanya ada satu sampai dua pengunjung yang menempati meja-meja diskotik and singing hall Nindya.
Diskotik Nindya terletak di lantai udua. Lantai dasar adalah singing hall, menyajijkan live music yang di iringi organ tunggal. Sementara lantai dua adalah kamar untuk check in. Tarip kamarnya enam puluh ribu per jam. Dan seratus ribu untuk bar girl yang di ajak tidur.
Di lantai dasar ada lima waitres. Lima lagi di lantai atas. Selain itu ada lighting girl yang bertugas memainkan lampu. Selain cantik dan masih muda lighting biasanya pintar bergoyang erotis.
Susan menarik dalam-dalam rokoknya. Udara terasa sangat dingin karena sedikitnya orang di dalamnya. Di sebelahnya ada Heni, Rina, Ana, dan Nurlela. Ke limanya adlah waitres lama. Kurang lebih seppuluh tahun mereka bekerja di Nindya. Waitres bawah seluruhnya waitres baru yang masih muda-muda.
Wandi, sang Dj tampak mengantuk. Di antara tiga pengunjung yang mengisi meja. Selain tak ada yang joget juga tak ada saweran,Padahal ia sudah memutar lagu yang enak-emak, lagu yang paling banyak di minta pengunjung belakangan ini.
Sementara Mba Tati, yang bertubuh mungil dan kurus sedang menghitung bon yang baru di bayar Nurlela.
Dua pululh menit lagi sebelun jam dua. Biasanya kalau sepi begini, pemilik Nindya, Pak Hendra yang berada di lantai empat memantau lewat CCTV menginstruksikan untuk menutup Nindya.
Ketika Wandi sang Dj mengucapkan ”Ok this is The last song”, Santi sudah berada di lantai tigaa menuju ke lantai empat tempat ia biasa tidur setiap malamnya sampai jam enam pagi sebelum akhirnya pulang ke rumahnya.
Tiba di lantai empat. Ia melihat Rini, Desi, Sandra, Tina ,Shery,Siska, dan Dian telah tertidur pulas. Sepertinya mereka telah naik ke atas satu jam yang lalu. Mereka tidurt di Lantai, beralas kasur busa yang telah tipis. Empat kasur di jejerkan jadi satu. Lalu ke ke-tujuhnya tidur berhimpitan. Di ruang terbuka tanpa tirai penutup sedikitpun. Hanya Mba Laras saja yang tidur terpisah di kasurnya sendiri. Mba Laras paling lama di antara ke-tujuhnya. Secara tersamar ia lah yang palilng berkuasa. Ia biasa memerintah mereka menyapu dan mengepel ruangan tempat mereka tidur.
Susan berjalan lurus ke belakang. Menuju satu-satunya kaar di lantai empat. Lantai empat lumayan luas. Ada ruang kantor Pak Hendra,ruangan tempat para bar girl tidur, kamar mandi, dapur, gudang, satu kamar Susan biasa tidur dan jemuran.
Kamar berukkuran 3X3 itu terasa sangat naayman setelah menahan kantuk menanti pengunjung. Ia langsung merebahkan tubuhnya setelah mengunci pintu.
Susan Sudah hampir terlelap ketika pintu di buka dari luar. Masukah Anndi. Mengganti celana panjang dengan celana pendek. Membuka baju Lalu tidur di sebelahnya. Memeluknya dari belakang lalu membalikkan badannya . Andi berada di atas tubuhnya. Mengecup bibirnya . Memancing gairahnya. Membuat kantuknya lenyap berganti gairah yang meletup. Ia pun mengikuti gairahnya.Setelah pergumulan usai. Ia bergegas ke kamar mandi membersihkan diri.
Ketika kembali dari kamar mandi, Ia mendapati Andi sudah tertidur . Ia pun merebahkan diri di samping Andi. Tubuhnya terasa sangat letih setelah bekerja dan bercinta.
* * *

Jam enam Susan bangun. Tubuhnya seolah tau kapan ia harus bangun Takk perduli se-lelah apapun dirinya.Mungkin karena itu sudah menjadi kegiatannya setiap hari, jadi pikiran dan otaknya bekerja sebagai alarm yang baik untuknya.
Andi masih tidur. Biasanya ia bangun jam delapan lalu membersihkan diskotik di lantai dua. Mengumpulkan kaleng-kaleng bekas soft drrink, bir dan botol bekas air mineral.Setelah banyak ia menjualnya. Itu pemasukan tambahan dari pekerjannya sebagai cleaning service yang di gaji delapan ratus ribu rupiah. Gaji paling besar di banding waitres, dan lighting.
Andi adalah kesayanngan dan kepercayaan Pak Hendra. Ia sudah mengikuti pak Hendra sejak umur enam belas tahun sampai sekarang usianya tiga puluh dua tahun. Dari ia masih remaja,sampai sekarang sudah punya anak tiga. Istri dan anknya tingal di Jawa. Satu bulan sekali ia pulang menemui mereka.
Setelah mengunci pintu kamar Susan berjalan melewati para bar girl, yang masih tidur pulas. Susan terus turun ke bawah. Tiba di lantai dua ia menyalakan lampu kamar mandi lalu mencuci muka di westapel. Dengan handuk kecilnya yang selalu ada di tas ia mengelap wajahnya. Setelah itu menyisir rambutnya yang panjang dan lebat. Lalu Mengoleskan Lipstik pada bibirnya yang ke-hitaman karena kebanyakan merokok.
Susan berkulit sawo matang. Badannya padat berisi. Setelah mengikat rambutnya ia mematikan lampu lalu membuka pintu diskotik dengan kunci yang di milikinya. Diskotik tampak bernatakan dan sepi. Tiba di pintu keluar ia tak lupa membuka dan menguncinya lagi dari luar. Menuruni tangga ke lantai dasar lalu membuka rolling door lantai dasar Menariknya kembali ketika sudah berada di luar.
Jalanan masih sepi ketika ia menyetop mikrolet. Tiga puluh menit waktu yang di perlukan untuk tiba di rumahnya.
Tiba di rumahnya ia mendapati suaminya sedang memanaskan motor untuk mengantar ke dua anaknya bersekolah di Sekolah dasar.
* * *

Thursday, January 1, 2009

Bintang

Tinggi bintang di angkasa
Temani bulan purnama
Menghias indahnya malam
Ku pandang penuh kagum
Ku serap keindahan yang terpancar
Ku simpan di dasar hati
Ku benamkan dalam ilusi
Aku pun terbang meraih bintang
Menggapai bulan, ku pajang di kamarku
Temani hari sepiku
Ilusi usai aku terjaga
Bintang kembali ke angkasa
Bulan tak ada
Tetap tinggi
Tak tergapai
* * *
071003

Aura

Seumur hidup aku tidak pernah menangkap saura jahat dari asesorang yang pertama kali aku kenal kecuali dengannya. Mba Sry, begitulah namanya. Usianya sekitar empat puluh tahun. Wajahnya cantik meski ada kesan suntik silikon dari wajah dan hidungnya yang mancung. Kulitnya putih mulus. Rambutnya hitam dan bergellombang. Badannya langsing. Namun keriput di lehernya dan bintik-bintik hitam di wajahnya tak mampu menutupi ketuaannya.
Aku mengenalnya satu bulan yang lalu ketika aku pertama kali bekerja sebagia waitress di bar tempatku bekerja sekarang. Kla itu malam hari. Lantai satu singinghall tempatku bekerja tutup lebih awal daripada diskotik di lantai dua dan tempat check in di lantai tiga. Lantai empat adalah mess untuk para pekerja yang rumahnya jauh.
Di lantai empat itulah aku bertemu dengannya untuk pertama kali. Saat itu ia sedang mencuci baju. Ia ramah sekali menyapaku. Senyumnya manis tapi yang terbaca olehku aura kejahatannya.
Aku tidak dapat tidur sampai pagi datang. Aku takut ia akan melakukansesuatu yang jahat terhadapku. Namun, syukurlah tak ada gangguan sedikitpun sampai pagi menjelang. Keesokan harinya aku mendapatkan kesan ia tak sejahat yang kurasa. Buktinya ia membuatkan segelasa kopi untukku. Meskipun aku merasa takut untuk meminumnya. Karena itu ketika ia masuk ke dalam aku buru-buru membuangnya di westafel lalu mencuci gelasnya dengan tergesa.
Ketika aku selesai mencuci gelas tiba-tiba saja ia sudah ada di belakangku. Jantungku hampir copot karenanya. ”Kok di buang?” tanyanya. Wajahnya menekspresikan kemarahan.
”Nggak kok mbak,” suaraku hampir tak kedengaran saking kagetnya.
”Jangan bohong!”bentaknya.
Aku diam tak mampu membalas.
Untuk menebus kesalahanku aku pun mendekatinya. Meski ia mendiamkanku. Ia suka sekali ngobrol. Lebih tepatnya menggunjingkan orang lain. Aku belum kenal nama-nama orang yang bekerja di tempatku tapi aku tetap jadi pendengar yang baik untuknya.
* * *
Ketika pertama kali bertemu dnegannya kupikir ia seorang Mamih yang mengatur par bar girl, cewek yang menemani minum bahkan tidur. Tapi aku keliru ternyata ia juga bar girl.
Aku sempat di buat pangling ketika melihatnya pertamakali dengan dandanan lengkapnya. Ia memakai tank top hitam kontras sekali dengan kulitnya yang putih mulus. Celana jeans ketat dan sepatu hak tinggi menjadi padanannya. Ditambah make-up yang mempercantik wajahnya membuatnya seperti seorang artis atau model ibu kota.
Aku sering mendengar kalau wanita malam banyak yang memakai susuk untuk menjerat lelaki sebanyak mungkin. Aku rasa ia juga memakainya. Karena ia terlihat berkilau dibandingkan cewek-cewek lain yang lebih muda darinya.
Mungkin juga karena ritual yang sering dijalaninya setiap malam jum’at. Biasanya ia menyiapkan sajen. Ada kopi satu gelas, rokok satu bungkus, kue apem satu piring danb kembang tujuh rupa. Ia lalu duduk menghadapi sajen itu, mulutnya komat-kamit entah membaca apa.
Setiap kali ada yang berselisih paham dengannya lalu entah berapa waktu kemudian orang yang menjadi lawannya mendapat musibah seperti handphonenya hilang, ;sakit, jatuh dari motor, diputuskan pacarnya dan lain-lain meski hal sepele yang bisa terjadi pada siapa saja maka ia akan berkata itu akibat orang tersebut cari gara-gara dengannya. ”Sudah kubilang, siapa saj yang mengusikku pasti akan dapat balasannya.” begitu selalu ia sesumbar.
Mess dihuni delapan oran. Diantara kami berdelapan mbak Sri yang paling tua sekaligus paling lama tinggal di mess. Tak heran kalau ia lebih berkuasa dibanding kami semua. Jika selesai bekerja ada yang menelpon kami, ia kan menyuruh kami mnenerimanya di dapur sementara ia sendiri menenerima telpon di tempat tidur tak pernah di dapur dengan aksen manjanya yang dibuat-buat.
Ia menyuruh siapa saja yang dikehendakinya untuk menyapu, mengepel lantai dan membuang sampah ke lantai satu. Ia sendiri tak pernah melakukan tugas-tugas stersebut tapi ia ngotot meyakinkan kami kalau ia sudah melakukannya, dan biasanya saat kami tak ada di mess.
Kalau kami selesai kerja dan naik ke atas mendapati ia sudah tidur, kami tak boleh menyalakan lampu walu hanya sekejap apalagi kalau ngobrol meski pelan di dapur yang jarknya lumayan jauh dari ruang tidur. Tapi kalau ia naik dalam keadaan mabuk, sementara kami sudah tidur ia akan menyalakan lampu dan meracau sendiri tanpa ada yang bisa melarangnya. Ia akan murka kalau ditentang.
Ia pandai sekali membaca pikiran setiap orang. Dan tak ada yang bisa berbohong kepadanya. Dari cerita-cerita yang sudah kudengar, aku menyimpulkan kalau ia sering disakiti, ditipu dan dikecewakan. Dari pengalaman pahit itulah ia jadi lebih waspada mengamati setiap orang dan beragam situasi yang ditemuinya. Pengamatan terus menerus membuatnya lebih pandai membaca pikiran setiap orang.
Di depan ke-enam temanku yang lain ia bersikap sangat baik tapi di belakang mereka ia menjelekkan mereka semuanya. Begitu juga terhadapku, di depanku ia memujiku tapi di belakangku, ia tetap menjelekanku. Padahal aku paling akrab, paling baik hubunganku dengannya.
Ia pintar sekali bersilat lidah. Caranya mengingkari apa yang sudah dikatakannya selalu membuatku kesal. Kalau sudah begitu aku biasanya curhat sengan ke-enam temanku yang lain. Bergiliran kami menceritakan kebencian kami terhadapnya. Dan itu tidak pernah kami lakukan di tempat kami bekerja karena ia selalu punya cara untuk mendengarkan pembicaraan kami. Ia selalu muncul tiba-tiba seperti hantu.
Bukan kami saja yang tidak menyukainya , tapi hampir semua pekerja yang sulu tinggal si mess merasakan hal yang sama seperti yang kami rasakan sekarang. Sempat ada rencana untuk usul kepad pemilik bar agar mengeluarkannya dari mess, tapi setelah dipikir-pikir kami tidak tega juga. Meski kami membicarakannya secara diam-diam entah darimana ia tetap mengetahuinya. Akibatnya ia sangat murka. Begitulah Mbak Sri selalu tahu.
Memang setiap manusia memiliki sisi baik dan jahat begitu juga aku. Tapi seumur hidupku aku tidak pernah menangkap aura jahat dari orang yang baru pertama kali aku kenal, kecuali Mbak Sri!
* * *

Bencana

Bencana
Sunyi memanjang,membentang menghadangmu,
Sejak pagi duka datang menyapa
Ia membawa serta seluruh yang kau punya,
Hanya kenangan serta air mata yang tersisa
Sendiri, kini harus kau jelang
Hari-hari yang masih memanjangn
Menghindari kenyataan, lalu
Mencari keikhlasan
Adalah pergumulan panjang yang
Harus kau lewati
Sepertinya tak tercerna olehmu
Dalam detik sekian ratus ribu
Nyawa pergi seketika
Tapi itulah kuasa,
Milik yang esa
Agar kita
Teringat padanya
Seperti itulah ku harap dirimu
Walau sunyi dan sendiri
Hidupmu kini
* * *

Dunia baru

Bawa serta senyummu dalam lajumu
Dunia baru telah kau temukan
Dunia yang di penuhi indah kekupu
Dan harum bunga
Bawa serta senyummu
Tinggalkan sedikit kanakmu
Kau akan melaju
Dalam dunia yang baru
* * *
140205

Balada adik kakak

lahir ke dunia dari rahim yang sama
tapi nasib melemparkan
kita pada perpisahan
tempatmu-lah barat
di timur aku berpijak
sejak kita menemukan
belahan jiwa
waktu belari
kau mencatat kisahmu sendiri
di rantau
aku di sini bersama
ayah, ibu, adik kakak
saudara
hingga hari tua menyapa
kita hanya bertemu
dalam hitungan jari
timur dan barat
begitu
jauh jarak
lalu ajal menjemputmu
kau adikku yang manis
pergi mendahuluiku
tinggal rumah
kita di lahirkan
jadi saksi
kita kakak beradik
punya nasib
ku susuri pantai
yang pernah
kita jelajahi sebagai
gadis kecil
kini aku wanita senja
menyusuri pantai
seorang diri
tak ada lagi dirimu kini
ternyata hidup
hanya seperti ini
untuk kita
sebagai
kakak-beradik
* * *