Friday, January 2, 2009

kekasih gelap

Malam selasa adalah malam kuburan begitu para pekerja diskotik Nindya biasa menyebutnya. Karena biasanya hanya ada satu sampai dua pengunjung yang menempati meja-meja diskotik and singing hall Nindya.
Diskotik Nindya terletak di lantai udua. Lantai dasar adalah singing hall, menyajijkan live music yang di iringi organ tunggal. Sementara lantai dua adalah kamar untuk check in. Tarip kamarnya enam puluh ribu per jam. Dan seratus ribu untuk bar girl yang di ajak tidur.
Di lantai dasar ada lima waitres. Lima lagi di lantai atas. Selain itu ada lighting girl yang bertugas memainkan lampu. Selain cantik dan masih muda lighting biasanya pintar bergoyang erotis.
Susan menarik dalam-dalam rokoknya. Udara terasa sangat dingin karena sedikitnya orang di dalamnya. Di sebelahnya ada Heni, Rina, Ana, dan Nurlela. Ke limanya adlah waitres lama. Kurang lebih seppuluh tahun mereka bekerja di Nindya. Waitres bawah seluruhnya waitres baru yang masih muda-muda.
Wandi, sang Dj tampak mengantuk. Di antara tiga pengunjung yang mengisi meja. Selain tak ada yang joget juga tak ada saweran,Padahal ia sudah memutar lagu yang enak-emak, lagu yang paling banyak di minta pengunjung belakangan ini.
Sementara Mba Tati, yang bertubuh mungil dan kurus sedang menghitung bon yang baru di bayar Nurlela.
Dua pululh menit lagi sebelun jam dua. Biasanya kalau sepi begini, pemilik Nindya, Pak Hendra yang berada di lantai empat memantau lewat CCTV menginstruksikan untuk menutup Nindya.
Ketika Wandi sang Dj mengucapkan ”Ok this is The last song”, Santi sudah berada di lantai tigaa menuju ke lantai empat tempat ia biasa tidur setiap malamnya sampai jam enam pagi sebelum akhirnya pulang ke rumahnya.
Tiba di lantai empat. Ia melihat Rini, Desi, Sandra, Tina ,Shery,Siska, dan Dian telah tertidur pulas. Sepertinya mereka telah naik ke atas satu jam yang lalu. Mereka tidurt di Lantai, beralas kasur busa yang telah tipis. Empat kasur di jejerkan jadi satu. Lalu ke ke-tujuhnya tidur berhimpitan. Di ruang terbuka tanpa tirai penutup sedikitpun. Hanya Mba Laras saja yang tidur terpisah di kasurnya sendiri. Mba Laras paling lama di antara ke-tujuhnya. Secara tersamar ia lah yang palilng berkuasa. Ia biasa memerintah mereka menyapu dan mengepel ruangan tempat mereka tidur.
Susan berjalan lurus ke belakang. Menuju satu-satunya kaar di lantai empat. Lantai empat lumayan luas. Ada ruang kantor Pak Hendra,ruangan tempat para bar girl tidur, kamar mandi, dapur, gudang, satu kamar Susan biasa tidur dan jemuran.
Kamar berukkuran 3X3 itu terasa sangat naayman setelah menahan kantuk menanti pengunjung. Ia langsung merebahkan tubuhnya setelah mengunci pintu.
Susan Sudah hampir terlelap ketika pintu di buka dari luar. Masukah Anndi. Mengganti celana panjang dengan celana pendek. Membuka baju Lalu tidur di sebelahnya. Memeluknya dari belakang lalu membalikkan badannya . Andi berada di atas tubuhnya. Mengecup bibirnya . Memancing gairahnya. Membuat kantuknya lenyap berganti gairah yang meletup. Ia pun mengikuti gairahnya.Setelah pergumulan usai. Ia bergegas ke kamar mandi membersihkan diri.
Ketika kembali dari kamar mandi, Ia mendapati Andi sudah tertidur . Ia pun merebahkan diri di samping Andi. Tubuhnya terasa sangat letih setelah bekerja dan bercinta.
* * *

Jam enam Susan bangun. Tubuhnya seolah tau kapan ia harus bangun Takk perduli se-lelah apapun dirinya.Mungkin karena itu sudah menjadi kegiatannya setiap hari, jadi pikiran dan otaknya bekerja sebagai alarm yang baik untuknya.
Andi masih tidur. Biasanya ia bangun jam delapan lalu membersihkan diskotik di lantai dua. Mengumpulkan kaleng-kaleng bekas soft drrink, bir dan botol bekas air mineral.Setelah banyak ia menjualnya. Itu pemasukan tambahan dari pekerjannya sebagai cleaning service yang di gaji delapan ratus ribu rupiah. Gaji paling besar di banding waitres, dan lighting.
Andi adalah kesayanngan dan kepercayaan Pak Hendra. Ia sudah mengikuti pak Hendra sejak umur enam belas tahun sampai sekarang usianya tiga puluh dua tahun. Dari ia masih remaja,sampai sekarang sudah punya anak tiga. Istri dan anknya tingal di Jawa. Satu bulan sekali ia pulang menemui mereka.
Setelah mengunci pintu kamar Susan berjalan melewati para bar girl, yang masih tidur pulas. Susan terus turun ke bawah. Tiba di lantai dua ia menyalakan lampu kamar mandi lalu mencuci muka di westapel. Dengan handuk kecilnya yang selalu ada di tas ia mengelap wajahnya. Setelah itu menyisir rambutnya yang panjang dan lebat. Lalu Mengoleskan Lipstik pada bibirnya yang ke-hitaman karena kebanyakan merokok.
Susan berkulit sawo matang. Badannya padat berisi. Setelah mengikat rambutnya ia mematikan lampu lalu membuka pintu diskotik dengan kunci yang di milikinya. Diskotik tampak bernatakan dan sepi. Tiba di pintu keluar ia tak lupa membuka dan menguncinya lagi dari luar. Menuruni tangga ke lantai dasar lalu membuka rolling door lantai dasar Menariknya kembali ketika sudah berada di luar.
Jalanan masih sepi ketika ia menyetop mikrolet. Tiga puluh menit waktu yang di perlukan untuk tiba di rumahnya.
Tiba di rumahnya ia mendapati suaminya sedang memanaskan motor untuk mengantar ke dua anaknya bersekolah di Sekolah dasar.
* * *

No comments: