Tuesday, December 30, 2008

lowongan kerja

ada empat lowongan kerja dengan jenis pekeraan berbeda yang aku lingkari. Ke-empat lowongan tersebut adalah sales, penjaga warnet, penjaga toko kue dan waitress. Meski berbeda jenis pekerjaan namun ke-empatnya memiliki satu kesamaan yaitu menyediakan mess atau tempat tinggal.
Tempat tinggal, itulah hal yang paling kubutuhkan saat ini. Aku baru datang dari kampungku kemarin pagi dengan uang seratus lima puluh ribu. Sementara kost di Jakarta paling murah tiga ratus ribu. Karena itulah aku tertarik dengan ke-empat lowongan tersebut dan kalau bisa yang langsung kerja mengingat minimnya keuanganku.
Saat ini aku ikut temanku. Temanku ini tinggal bersama pacarnya. Baru satu malam menumpang saja,membuatku tak sanggup melewatkan malam keduaku bersamanya. Aku risih dengan kemesraan yang merekaa perlihatkan.Mungkin juga iri. Entahlah.
Jam enam pagi saat temanku dan pacarnya masih tidur nyenyak aku sudah siap melamar kerja. Rencanaku mendatangi langsung ake-empat lowongan kerja tersebut. Karenanya aku harus berangkat pagi-pagi supaya bisa menjangkau ke-empatnya sekaligus.
Langkah awal aku menelpon lowongan sebagai penjaga warnet. Menanyakan dengan jelas lokasinya, patokannya dan mobil untuk menvcpainya. Kebetulan lokasinya berdekatan dengan lowongan sebagai sales. Jadi aku bisa menuju kedua lokasi tanpa harus berputar-putar.
Dua jam kemudian aku menemukan lokasinya. Tapi aku kecewa karena hanya disuruh meninggalkan berkas lamaran saja. Tidak ada wawancara seperti yang aku harapkan. Rasanya tak ada harapan untuk diterima. Maka lamarannya aku ambil kembali dengan alasan kurang lengkap.
Aku kembali mencari wartel.Kali ini menelpon lowongan sebagai sales. Tapi lagi-lagi aku dibuat kecewa karena tertnyata lamaran harus disertai izazah aslli. Sementara aku tidak membawanya.
Kini tinggal dua pilihan, penjaga kue di Mangga besar dan waitress di grogol. Dua tahun yang lalu aku sempat kerja di Jakarta sehingga sediki hapal jalan di Jakarta.
Aku sempat beberapa kali main ke Mall Ciputra dan lowongan sebagai waitress menyebutkan letaknya di belakang Mall Ciputra tentu tidak sulit mencarinya. Sealin itu ditulis langsung kerja sementara di Mangga besar aku belum tahu lokasinya sebelah mana. Dan belum tentu langsung kerja. Mengingat keuanganku semakin menipis maka kuputuskan untuk ke Grogol saja yang langsung kerja.
Ketika kutelpon yang menjawab suara laki-laki dengan logat Jawa yang kental. Aku disuruhnya datang jam tujuh malam, Saat itu baru jam dua siang masih banyak waktu untuk istirahat. Karena perutku mulai kelaparan maka akupun bergegas mencari makan.
Di samping Mall Ciputra dekat kampus Taruma Negara bederet penjual makanan aneka rupa. Setelah berputar-putar membaca nama makanan akhirnya pilihanku jatuh pada gado-gado dan sebotol minuman dingin.
Usai makan aku memutuskan menunggu waktu di toko buku Gramedia yang terletak di lantai lima Mall Ciputra. Aku membaca banyak buku meki tidak sampai selesai. Mulai dari Novel, majalah,dan tabloid gosip.
Puas membaca aku meniggalkan toko buku Gramedia. Saat itu sudah jam enam sore.Keluar dari Mall Ciputra adalah perempatan. Aku memilih jalur yang dilewati busway dalam pencarianku. Aku bertanya pada para pedagang yang berjajar sepanjang jalan dimanakah jalan Daan mogot berada, tapi tak satupun yang tahu letaknya.
Aku menyebrang ke kanan balik lagi ke kiri. Masuk keluar artel untuk menanyakan lletak pastinya.Sang Penerima telpon kali ini wanita. Nada suaranya tidak bersahabat. Ia tidak banyak membantu. Setiap kutanya patokannya ia selalu menjawab. ”tanya aja jalan Daan Mogot, masuk ke dalam, nah diantara ruko-ruko itu kamu cari yang tulisannya Nindya, itulah tempatnya,” begitu selalu jawabnya.
Ada perasaan sedih menyelusup batinku. Hari mulai gelap, lampu-lampu sudah dinyalakan orang –orang sudah pulang beraktivitas sementara aku baru mau memulai. Kendaraan ramai menderu. Namaun aku merasa sepi dan sendiri.Merasa sangat kecil dan tak berarti.
Aku terus berjalan dan bertanya sempat juga timbul rasa takut. Rasa takut berjalan sendirian dan rasa takut menjalani kerja yang aku tidak tahu seperti apa. Rasanya aku ingin pulang saja ;ke tempat kost temanku namun keinginan untuk tidak menginap lagi di kostnya lebih kuat daripada ketakutanku menghadapi kerja yang entah seperti apa.
Akhirnya ada juga yang tahu dimana jalan Daan Mogot berada. Orang itu adalah tukang rokok. Aku sangat berterima kasih padanya. Seumur hidup aku tidak pernah sesenang dan selega saat ini. Semangatku bangkit.
Tak berapa jauh aku melangkah aku menemukan gapura bertuliskan Jalan Daan Mogot. Sesuai petunjuk si penerima telpon aku masuk kedalamnya. Mataku dengan teliti mengawasi satu demi satu bangunan yang aku lewati.
Dan tibalah aku di sana. Lampu merah berkelap-kelip mengelilingi tulisan Nindya. Kalau tadi aku begitu ingin segera menemukannya maka sekarang saat akiu menemukannya aku merasa lebih suka saat mencarinya. Aku jadi teringat pepatah ”Keluar dari kandang buaya masuk ke sarang Harimau”. Seperti itulah aku mengibaratkan diriku saat ini.
Setelah menarik dan mengeluarkan napas dalam-dalam akupun masuk. Jantungku berdebar-debar. Suasana masih sepi. Namun sudah ada beberapa wanita yang memakai baju tank top yang ;sedang asik berdandan. Aku menghampiri yang paling dekat. ”Permisi mbak, saya mau melamar jadi waitress,” kataku pada seorang wanita yang berambut pendek berwarna pirang. Bulu matanmya panjang dan lentik sekali. Di hidungnya yang mancung terdapa sebuah anting.
”Waitress sudah terisi semua. Tinggal bar girl,” jawabnya. Suaranya langsung aku kenal sebagai si penerima telpon.
“Bar girl?” ulangku, aku benar-benar tidak tahu pekerjaannya apa dan baagaimana.
“Iya nemenin tamu.” Ia menjawab rasa ingin tahuku. Sambil terus melanjutkan berdandan tanpa melihat ke arahku. ”Udah dandan sana’” usirnya ketika ia melihatku masih berdiri kebingungan.
Akupun duduk di depannya. Pososi bangkunya seperti di pesawat terbang. Ada kaca besar yang menempel di dinding setiap bangku. Di kaca dalam remang-remang cahaya lampu wajah lelahku tergambar jelas. Aku belum mandi. Rambutku bau matahari. Bedakpun sepertinya enggan melekat di wajahku yang penuh debu setelah seharian keliling Jakarta. Mulai dari kostan temanku di Jakarta utara lalu ke Jakarta timur sekarang aku di Jakarta barat.
Tak lama muncullah Desi, begitu ia mengenalkan adiri. Usianya sekitar tiga puluh tahun. Ada wibawa dari setiap kata-katanya. Tegas dan keras.
”Tugas kamu nemenin tamu. Usahakan aminta minum. Apapun itu jenisnya. Mau bir aatau soft drink terserah. Kita tidak ngasih gaji. Kamu dapat uang dari setiap tamu yang kamu temenin. Dan itu kamu minta sendiri atau dikasih oleh tamunya. Kalau kamu bisa diajak tidur taripnya seratus enam puluh ribu. Enam puluh ribu buat kamar seratus ribu buat kamu. Bersih tanpa potongan. Lantai dua diskotik kalau kamu tidak dapat tamu di sini kamu bisa ke lantai dua. Lantai tiga tempat check in. Dan lantai empat mess.Kamu bisa tinggal di mess kalau mau. Gratis.Apa semuanya jelas,” tanyanya.
Aku mengangguk.
”Ok kamu diterima. Mari aku kenalkan sama teman-teman kamu yang lain,” ajaknya.
Entah apa yang akan terjadi padaku malam ini. Namun satu yang sudah pasti satu lowongan kerja di Jakarta sudah terisi.
* * *

Sunday, December 28, 2008







Google


























Google





 







Web


YOUR DOMAIN NAME

















































































Friday, December 26, 2008

ku bukan kekupu

ku bukan kekupu

kemarin kita bertemu
kau menciumku
ciuman pertamaku
aku adalah dara perasa
hatiku lugu dan biru
kau samakan aku dengan kekupu
yang sampai kapanpun tak akan ku menjelma
kau kekasih bagiku bukan pria
yang datang hanya di malam hari
iseng belaka, menemui wanita



bunga dan kekupu

sekuntum bunga di kumpulan kekupu,
bunga tak akan jelma menjadi kekupu
kekupu tak bisa menjadi bunga
kita bertemu, saling menyapa
cukup di situ batasnya.



Mari bercinta!

Bercintalah denganku,
Hari ini, besok dan selamanya
Entah aku mau atau tidak, tapi persetan,
Bercintalah denganku!
Aku di atas kau di bawah,
Kau di bawah aku di atas
Apa gaya yang kau suka, semaumulah
Tapi cepat, berikan uangmu
Biarkan aku ’terbang’
Hidupku dikutuk
Bercinta dan bercumbu setiap hari
Demi satu kata ’terbang’

Wednesday, December 24, 2008

lagi patah

Cintaku telah lewat
Tak sempat ku genggam
Telah aku relakan
Ia terbang ke angkasa
Atau terjatuh ke dasar
Samudra
Aku tak akan merintih pedih
Aku tak akan menjerit sakit
Deritaku telah kuterbangkan
Atau ku benamkan
Hilang sudah, lenyap telah
Sunyi akan datang
Memelukku erat
* * *

Tuesday, December 23, 2008

pergilah!

Setelah semuanya usai,
Apalagi yang kau tunggu
Kemasi milikmu dan
Cepatlah berlalu!
Jangan menatap ke belakang
Biarkan belakang menjadi
Bisu, batu, beku
Hidup terdiri dari beberapa
Tempat yang harus disinggahi
Lalu di tinggalkan
Berlalulah!
Sebelum rapuh aku memintamu
Menetap.

* * *

Sunday, December 21, 2008

pelaut

Lebih baik menepi ke darat,
menata luka
Daripada berlayar
Memberikan utuh hatiku untukmu
Lebih baik menhindar
Padamkan harap
Daripada ku tetap di sampingmu
Memupuk cinta padamu
Karena hanya semakin membuat berat
Arti perpisahan,
Air mata akan terasa
Ringan untuk mengalir
Boleh kau menghina
Atas sikap pengecutku
Seandainya akua tak menghindarpun
Aku tahu jaln ini
Terlalu terjal utuk ku daki
Seorang diri
Kita ada di bumi yang berbeda
Akhirnya kata itu harus
Ku ucapkan
Selamat berpisah pangeran
Selamat menunaikan tugasmu
Arungi dan taklukan
Laut biru itu
* * *

balada adik kakak

lahir ke dunia dari rahim yang sama
tapi nasib melemparkan
kita pada perpisahan
tempatmu-lah barat
di timur aku berpijak
sejak kita menemukan
belahan jiwa
waktu belari
kau mencatat kisahmu sendiri
di rantau
aku di sini bersama
ayah, ibu, adik kakak
saudara
hingga hari tua menyapa
kita hanya bertemu
dalam hitungan jari
timur dan barat
begitu
jauh jarak
lalu ajal menjemputmu
kau adikku yang manis
pergi mendahuluiku
tinggal rumah
kita di lahirkan
jadi saksi
kita kakak beradik
punya nasib
ku susuri pantai
yang pernah
kita jelajahi sebagai
gadis kecil
kini aku wanita senja
menyusuri pantai
seorang diri
tak ada lagi dirimu kini
ternyata hidup
hanya seperti ini
untuk kita
sebagai
kakak-beradik
* * *

happy mother's day

Mah, selamat hari ibu
Ini hari ibu pertama tanpmu
Mah, dunia sangat sunyi tanpamu
Aku tak memiliki banyak teman
Tapi kehadiranmu seorang diri
Di sisiku lebih baik dari
Aku memiliki banyak teman
Kau melindungi aku, mengerti diriku
Menerimaku, walaupun aku salah
Memaafkanku walau aku
Mengecewaakn hatimu
Mah, aku rindu kau di sisiku
Setiap aku dalam perjalanan
Pulang, aku merasa sedih
Karena tak ada lagi dirimu
Yang akn membukakan pintu
Untukku
Tak ada lagi dirimu
Yang akan mendengarkan ceritaku
Tak ada lagi tawamu
tapi kau selalu
ada di hatiku
aku selalu
menangis setiap ingat padamu
aku masih ingin melewati hari
bersamamu mah
aku masih ingin
merayakan hari ibu denganmu
mah, aku bangga dan bahagia
engkau adalah ibuku
engkau adalah
ibu terbaik yang
pernah aku temui
selamat hari ibu, mah

Wednesday, December 17, 2008

lowongan kerja

Ada empat lowongan kerja dengan jenis pekeraan berbeda yang aku lingkari. Ke-empat lowongan tersebut adalah sales, penjaga warnet, penjaga toko kue dan waitress. Meski berbeda jenis pekerjaan namun ke-empatnya memiliki satu kesamaan yaitu menyediakan mess atau tempat tinggal.
Tempat tinggal, itulah hal yang paling kubutuhkan saat ini. Aku baru datang dari kampungku kemarin pagi dengan uang seratus lima puluh ribu. Sementara kost di Jakarta paling murah tiga ratus ribu. Karena itulah aku tertarik dengan ke-empat lowongan tersebut dan kalau bisa yang langsung kerja mengingat minimnya keuanganku.
Saat ini aku ikut temanku. Temanku ini tinggal bersama pacarnya. Baru satu malam menumpang saja,membuatku tak sanggup melewatkan malam keduaku bersamanya. Aku risih dengan kemesraan yang merekaa perlihatkan.Mungkin juga iri. Entahlah.
Jam enam pagi saat temanku dan pacarnya masih tidur nyenyak aku sudah siap melamar kerja. Rencanaku mendatangi langsung ake-empat lowongan kerja tersebut. Karenanya aku harus berangkat pagi-pagi supaya bisa menjangkau ke-empatnya sekaligus.
Langkah awal aku menelpon lowongan sebagai penjaga warnet. Menanyakan dengan jelas lokasinya, patokannya dan mobil untuk menvcpainya. Kebetulan lokasinya berdekatan dengan lowongan sebagai sales. Jadi aku bisa menuju kedua lokasi tanpa harus berputar-putar.
Dua jam kemudian aku menemukan lokasinya. Tapi aku kecewa karena hanya disuruh meninggalkan berkas lamaran saja. Tidak ada wawancara seperti yang aku harapkan. Rasanya tak ada harapan untuk diterima. Maka lamarannya aku ambil kembali dengan alasan kurang lengkap.
Aku kembali mencari wartel.Kali ini menelpon lowongan sebagai sales. Tapi lagi-lagi aku dibuat kecewa karena tertnyata lamaran harus disertai izazah aslli. Sementara aku tidak membawanya.
Kini tinggal dua pilihan, penjaga kue di Mangga besar dan waitress di grogol. Dua tahun yang lalu aku sempat kerja di Jakarta sehingga sediki hapal jalan di Jakarta.
Aku sempat beberapa kali main ke Mall Ciputra dan lowongan sebagai waitress menyebutkan letaknya di belakang Mall Ciputra tentu tidak sulit mencarinya. Sealin itu ditulis langsung kerja sementara di Mangga besar aku belum tahu lokasinya sebelah mana. Dan belum tentu langsung kerja. Mengingat keuanganku semakin menipis maka kuputuskan untuk ke Grogol saja yang langsung kerja.
Ketika kutelpon yang menjawab suara laki-laki dengan logat Jawa yang kental. Aku disuruhnya datang jam tujuh malam, Saat itu baru jam dua siang masih banyak waktu untuk istirahat. Karena perutku mulai kelaparan maka akupun bergegas mencari makan.
Di samping Mall Ciputra dekat kampus Taruma Negara bederet penjual makanan aneka rupa. Setelah berputar-putar membaca nama makanan akhirnya pilihanku jatuh pada gado-gado dan sebotol minuman dingin.
Usai makan aku memutuskan menunggu waktu di toko buku Gramedia yang terletak di lantai lima Mall Ciputra. Aku membaca banyak buku meki tidak sampai selesai. Mulai dari Novel, majalah,dan tabloid gosip.
Puas membaca aku meniggalkan toko buku Gramedia. Saat itu sudah jam enam sore.Keluar dari Mall Ciputra adalah perempatan. Aku memilih jalur yang dilewati busway dalam pencarianku. Aku bertanya pada para pedagang yang berjajar sepanjang jalan dimanakah jalan Daan mogot berada, tapi tak satupun yang tahu letaknya.
Aku menyebrang ke kanan balik lagi ke kiri. Masuk keluar artel untuk menanyakan lletak pastinya.Sang Penerima telpon kali ini wanita. Nada suaranya tidak bersahabat. Ia tidak banyak membantu. Setiap kutanya patokannya ia selalu menjawab. ”tanya aja jalan Daan Mogot, masuk ke dalam, nah diantara ruko-ruko itu kamu cari yang tulisannya Nindya, itulah tempatnya,” begitu selalu jawabnya.
Ada perasaan sedih menyelusup batinku. Hari mulai gelap, lampu-lampu sudah dinyalakan orang –orang sudah pulang beraktivitas sementara aku baru mau memulai. Kendaraan ramai menderu. Namaun aku merasa sepi dan sendiri.Merasa sangat kecil dan tak berarti.
Aku terus berjalan dan bertanya sempat juga timbul rasa takut. Rasa takut berjalan sendirian dan rasa takut menjalani kerja yang aku tidak tahu seperti apa. Rasanya aku ingin pulang saja ;ke tempat kost temanku namun keinginan untuk tidak menginap lagi di kostnya lebih kuat daripada ketakutanku menghadapi kerja yang entah seperti apa.
Akhirnya ada juga yang tahu dimana jalan Daan Mogot berada. Orang itu adalah tukang rokok. Aku sangat berterima kasih padanya. Seumur hidup aku tidak pernah sesenang dan selega saat ini. Semangatku bangkit.
Tak berapa jauh aku melangkah aku menemukan gapura bertuliskan Jalan Daan Mogot. Sesuai petunjuk si penerima telpon aku masuk kedalamnya. Mataku dengan teliti mengawasi satu demi satu bangunan yang aku lewati.
Dan tibalah aku di sana. Lampu merah berkelap-kelip mengelilingi tulisan Nindya. Kalau tadi aku begitu ingin segera menemukannya maka sekarang saat akiu menemukannya aku merasa lebih suka saat mencarinya. Aku jadi teringat pepatah ”Keluar dari kandang buaya masuk ke sarang Harimau”. Seperti itulah aku mengibaratkan diriku saat ini.
Setelah menarik dan mengeluarkan napas dalam-dalam akupun masuk. Jantungku berdebar-debar. Suasana masih sepi. Namun sudah ada beberapa wanita yang memakai baju tank top yang ;sedang asik berdandan. Aku menghampiri yang paling dekat. ”Permisi mbak, saya mau melamar jadi waitress,” kataku pada seorang wanita yang berambut pendek berwarna pirang. Bulu matanmya panjang dan lentik sekali. Di hidungnya yang mancung terdapa sebuah anting.
”Waitress sudah terisi semua. Tinggal bar girl,” jawabnya. Suaranya langsung aku kenal sebagai si penerima telpon.
“Bar girl?” ulangku, aku benar-benar tidak tahu pekerjaannya apa dan baagaimana.
“Iya nemenin tamu.” Ia menjawab rasa ingin tahuku. Sambil terus melanjutkan berdandan tanpa melihat ke arahku. ”Udah dandan sana’” usirnya ketika ia melihatku masih berdiri kebingungan.
Akupun duduk di depannya. Pososi bangkunya seperti di pesawat terbang. Ada kaca besar yang menempel di dinding setiap bangku. Di kaca dalam remang-remang cahaya lampu wajah lelahku tergambar jelas. Aku belum mandi. Rambutku bau matahari. Bedakpun sepertinya enggan melekat di wajahku yang penuh debu setelah seharian keliling Jakarta. Mulai dari kostan temanku di Jakarta utara lalu ke Jakarta timur sekarang aku di Jakarta barat.
Tak lama muncullah Desi, begitu ia mengenalkan adiri. Usianya sekitar tiga puluh tahun. Ada wibawa dari setiap kata-katanya. Tegas dan keras.
”Tugas kamu nemenin tamu. Usahakan aminta minum. Apapun itu jenisnya. Mau bir aatau soft drink terserah. Kita tidak ngasih gaji. Kamu dapat uang dari setiap tamu yang kamu temenin. Dan itu kamu minta sendiri atau dikasih oleh tamunya. Kalau kamu bisa diajak tidur taripnya seratus enam puluh ribu. Enam puluh ribu buat kamar seratus ribu buat kamu. Bersih tanpa potongan. Lantai dua diskotik kalau kamu tidak dapat tamu di sini kamu bisa ke lantai dua. Lantai tiga tempat check in. Dan lantai empat mess.Kamu bisa tinggal di mess kalau mau. Gratis.Apa semuanya jelas,” tanyanya.
Aku mengangguk.
”Ok kamu diterima. Mari aku kenalkan sama teman-teman kamu yang lain,” ajaknya.
Entah apa yang akan terjadi padaku malam ini. Namun satu yang sudah pasti satu lowongan kerja di Jakarta sudah terisi.

Tuesday, December 16, 2008

surat untuk G

Surat untuk g
G, apa kabarmu hari ini?saat ini di jendela kamarku ku melihat langit berwarna biru, sementara hatiku berwarna kelabu.Aku lelah menunggu. Tak sanggup lagi menghabiskan sisa hidupku tanpamu. Aku ingin melukiskan perasaanku padamu. Setiap hari aku bangun tidur, rutinitas yang sama ku ulangi.tanganku terampil karenanya. Mencuci pakaian, mencuci piring, memasak, mengepel lantai, mennyetrika baju, makan, minum, mandi. Sesekali ke rumah teman, ke rumah saudara. Di datangi teman, di datangi saudara. Ke mini market, membeli bedak, handbody, shampo, sabun,camilan dan remeh temeh lain. Sesekali ke perpustakan,meminjam buku, ke warnet, kantor pos mengirim karya-karyaku, meski entah kapan akan di muat. Ke counter hp mengisi pulsa untuk menelpon dan sms kamu. Aku bergerak melakukan banyak aktivitas, bertemu banyak orang. Tapi pikiran tentangmu tetap ada. Ruang sepi tak jua terbunuh. Aku hampa tanpamu. Aku ingin ada di sampingmu. Agar bisa kau cium,kau sentuh, kau raba, kau puji. Aku merasa diriku ada berada dekatmu.
G,aku ingin berlari ke padamu.aku hapal setiap gang menuju rumahmu.cat rumahmu, no rumahmu,semua aku tahu. Tapi aku adalah tahanan orang tuaku. Tak ada jalan untukku berlari menemuimu.kita berbeda. Orang tuaku tak suka perbedaan kita.Aku tak perduli, aku hanya tahu aku sayang dan ingin berbagi hidup denganmu.Air mataku seperti sungai yang mengalir deras, menantimu tak kunjung tiba. Ku kirimkan surat ini padamu agar kau mau mencari jalan membebaskanku dari belenggu ini.

puisi

Secangkir kopi

Secangkir kopi adalah inspirasi
Secangkir kopi adalah semangaat
Secangkir kopi adalah teman
Secangkir kopi, kuinginkan tiap hari
* * *110604

puisi

Khayal
Kemarin sempat kujelajahi tubuhmu
Meski hanya dalam khayal
Semuanya kubayangkan liar,
Namun hari ini
Aku sanggup emmbakar khayal itu
Toh, harap pun sudah berlalu
* * *160205














Pilihan

Selalu begitu, kau perlakukan aku
Kau pikir menunggu mengasyikan
Ingin aku tak menyalahkanmu
Lalu pada siapa salah ini seharudnya diajukan
Akukah, waktu, orang tuamu
Entah, mungkin ini kesalahan kita semua
Aku jengah, kau tahu?
Bisakah kita saling melupakan dan menyudahi
Saja kesalahan ini
Lalu biarkan aku,
Kau, kita melangkah
Mungkin di depan kita menemui kebenara
Yang seharusnya
Jadi, putuskanlah, hal yang hanya
Dua pillihan itu:
Memilihku, atau lepaskan aku!
* * *160205

jawablah!
Semua tanya ku alamatkan padamu, maaf
Aku butuh jawaban
Jawablah, meski llllluka sungguh
Aku tahu aku tangguh
Sejak hari-hari berlari
Menghampiriku tanpamu
Aku tahu seribu tanyaku
Akan kau jawab dengan luka
Segunung harapan yang ku punya
telah terkikis waktu
jadi, biar luas jalan ini, Katakanlah!
Isi hatimu sesungguhnya
Kita toh belum jauh melangkah
Kau memiliki hak mencabut kata-katamu
Seperti menjilat ludah sendiri,
Tapi, tak apalah
Begitu lebih baik
Daripada kau gantung aku
Itu tak menyenangkan, kau tahu!
* * * 160205

Sunday, December 14, 2008

Thursday, December 11, 2008

luka

Kau rentangkan luka di hatiku
Berawal dari pertemuan manis
Kita isi hari-hari dengan suka
Tak hirau warna berbeda
Meskki hati telah menyatu
Hitam dan putih tak kan lebur
Baiklah kita sudahi masa indah ini
Meski lllllllluka
Ku tau berpisah adalah jawaban.

* * *
ku bukan kekupu

kemarin kita bertemu
kau menciumku
ciuman pertamaku
aku adalah dar perasa
hatiku lugu dan biru
kau samakan aku dengan kekupu
yang sampai kapanpun tak akan ku menjelma
kau kekasih bagiku bukan pria
yang datang hanya di malam hari
iseng belaka, menemui wanita



bunga dan kekupu

sekuntum bunga di kumpulan kekupu,
bunga tak akn jelma menjadi kekupu
kekupu tak bisa menjadi bunga
kita bertemu, saling menyapa
cukup di situ batasnya.



Mari bercinta!

Bercintalah denganku,
Hari ini, besok dan selamanya
Entah aku mau atau tidak, tapi persetan,
Bercintalah denganku!
Aku di atas kau di bawah,
Kau di bawah aku di atas
Apa gaya yang kau suka, semaumulah
Tapi cepat, berikan uangmu
Biarkan aku ’terbang’
Hidupku dikutuk
Bercinta dan bercumbu setiap hari
Demi satu kata ’terbang’
Kekasih semalam 1

Malam ini aku kekasihmu
Lakukan apa yang kau ingin
Besok aku kekasihnya
Kuburkan apa yang kau ingin
* * *
kekasih semalam 2

malam ini kita sepasang kekasih
di hingar bingar musik dan manusia
mari bercumbu dn merayu!
Simpan dan catat aku di hatmlu
Musik ini kenangan, ”Welcome to my paradise”
Sebentar lagi pagi, kekasih lain sudah menanti
Jangan menangis, jalanku memang begini
menyinggahi wanita malam yang
bermimpi bertemu pangeran
biarkan aku tetap menjadi pangeran
selama begitu banyak yang memimpikanku
** *
lagu ingin

buatku terlena
maka segala inginmu kau dapat
setiap inciku bisa kau jilat
bibirku mampu kau lumat
peluk aku lebih ketat
tapi, peri lewat
mimpimu kandas
* * *

Wednesday, December 10, 2008

Hypersexs

Hypersexs

Belakangan ini hubungan Yoyo dengan istrinya Juni selalu di warnai pertengkaran. Semua berasal dari ,masalah sexs. Setiap Yoyo ingin berhubungan badan ada saja alasan istrinya untukmenolak. Dan kalaupun akhirnya ia mau, Yoyo belum puas istrinya sudah puas dan kehilangansemangat untuk melanjutkan permainan.Buntutnya ia akan mengeluh kelelahan lalu menghentikan permainan. Bisa di bayanhkan betapa kesal kecewa dan marahnya Yoyo diperlakukan seperti itu terus menerus belakangan ini.
Yoyo berusia tiga puluh dua tahun. Badannya tinggi dan tegap. Dadanya bidang. Perutnya rata. Lengannya berotot. Kulitnya coklat tua. Ia memiliki ’barang’ yang panjang dan stamina yang kuat.. Ia tidak mudah ’keluar’ atau dengan kata lain tahan lama. Ia suka berkreasi dalam berbagai permainan cinta. Nafsu sexs-nya selalu meletup-letup.
Untuk mengobati kekecewaan hatinya hampir tiap malam Yoyo pergi ke diskotik. Pulang pagi dalam keadaan mabuk. Sebagai istri Juni berusaha melarangnya pergi. Tapi usahanya hanya menambah deretan panjang pertengkaran keduanya.
Tak tahan menghadapi perubahan sikap Yoyo, Juni pun pulang ke rumah orang tuanya bersama anak mereka yang baru berumur satu tahun.
* * *
Sudah tiga hari Juni pergi meninggalkannya. Tapi Yoyo abelum berniat menjemputnya pulang. Ia masih terbuai dengan gemerlapnya lampu diskotik. Di diskotik belakangan ini ia dekat dengan beberapa cewek cantik.
Ada Susan bar girl, berusia sembilan belas tahun. Kerjanya menemani tamu minum bahkan tidur dengan banyak lelaki.
Wina sangat cantik kerjanya lighting. Atau memainkan lampu namun ia juga bisa menemani tamu dan bisa di ajak tidur asal tidak di diskotik. Karena par bar girl akan marah kalau ia melakukan itu. Ia mendapat gaji sebagai lighting sementara para bar girl tidak itulah alasannya.
Selain itu ada Shery, waitress yang kerjanya mengorder minuman. Ia juga menemani tamu dan bisa di ajak tidur juga tapi seperti Wina syaratnya di luar. Karena ia juga mendapatkan gaji sebagai waitress.
Sebagai lelaki Yoyo tahu ketiganya menyukainya. Tapi tak ada yang se-agresif Shery. Shery berbadan mungil. Ia tidak cantik tapi sexy. Setiap hari pakaiannya blus ketat dan rok super pendek yang kalau ia menuang minuman celana dalamnya yang selalu berwarna merah menantang terlihat sangat jelas. Pantant dan dadanya membusung. Tapi Yoyo menduga dadanya yang membusung berasal dari bra yang berbusa tebal. Shery bersuara lembut merayu hampir seperti desahan. Tatapannya menantang, gerak tubuhnya erotis.
Setiap Yoyo datang Ia selau punya rokok dan bir. Biasanya ia minta rokok dan bir pada tamu yang ia order. Lalu sambil pura-pura menyedot bir-nya ia berjalan menghampiri Yoyo dan memberikan bir tersebut. Setelah itu ia akan duduk kembali dengan tamunya sementara rokokny tinggal separuhnya dan bir-nya sudah tak ada lagi. Kalau tamunya bertanya mana bir-nya ia akan menjawab di minta kawannya sesama ;waitress. Urusan selesai.Tugas Shery selanjutnya merayu tamu tersebut untuk mendapatkan uang tip sebesar mungkin.
Suatu malam Shery meminta Yoyo mengantarkannya pulang ke kostannya dengan alsan ia mabuk berat.
Hubungan intim pun terjadilah. Yoyo merasa meledak dibuatnya. Shery bak kuda betina. Lihai sekali. Ia tidak kenal kata lelah.Selama ini Yoyo merasa paling tangguh tapi pagi itu Shery mengalahkannya.
Shery menguasai berbagai posisi yang berbeda. Yoyo mencoba posisi-posisi barru yang selama ini tidak pernah dilakukannya bersama Juni. Ia sangat puas sekali. Bersama Shery ia seperti pengantin baru yang baru mengenal sexs.
Satu minggu sesudah Yoyo tingal bersama Shery. Nafsu sexs-nya tersalurkan dengan baik tapi ia mulai merasa bosan hidup bersama Shery.Mungkin karena Shery terlalu mengekangnya. Bisa juga nafsu sexs shery yang melebihi nafsunya.
Jika sedang berdua bersama Shery,kegiatan mereka berdua adalah bercinta, bercinta dan bercinta. Shery tidak mengenala kata lelah dan puas. Setiap kali permainan usai, lalu ia ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Di tempat tidur Shery sudah menunggunya tanpa sehelai baju pun melekat di tubuhnya. Shery menginginkan bercinta setiap saat. Membuat Yoyo bukan saja bosan tapi lelah. Shery sepertinya seorang hypersexs. Yoyo sampai ngeri dengan kesimpulannya sendiri,
Tiba-tiba saja Yoyo teringat Juni. Juni selalu mengeluh lelah setiap melayaninya. Sekarang iaa bisa merasakan apa yang dirasakan istrinya itu ketika menghadapi Shery. Kerinduan terhadap Juni menyergapnya. Semua ini harus kuakhiri , batin Yoyo.
Ketika Yoyo mengutarakan niatnya untuk berpisah bersama Shery. Shery menangis meraung-raung sepertibinatang yang kesakitan. Ia bertteriak-teriak histeris. Tapi Yoyo yakin ia tidak akan lama larut dalam kesedihannya. Karena di dunia malam ada banyak lelaki yang mendambakan wanita seperti Shery.
* * *
”Pah ... Papah, bangun dong,” suara yang sangat akrab di telinga Yoyo. Ia membuka mata, butuh beberapa detik untuk membautnya sadar kalau yang ada dihadapannya sekarang adalah Juni.
Ia cantik dan lembut sekali. Matanya yang bening meneduhkan hatinya. Maafkan akau Juni, aku berjanji mulai dari sekarang kita akan mencari solusi terbaik untuk hubungan sexs kita bukan mlah menghindarinya, batinnya.
Yoyo bangkit dan mengecup kening istrinya. ”Maafkan aku Mah,’ lirihnya. Juni mengartiaka Yoyo meminta maaf atas pertengkara-pertengkaarn merkea selama ini, karenanya ia gembira atas perubahan sikap Yoyo.
Menyadari sentuhan-sentuahan nya pada Juni telah merangsangnya, Yoyo merngkuh Juni ke dalampelukannya, lalu ciuman panjang mendarat di bibir ranum istrinya. Meski lelah belum hilang sepenuhnya akibat menghadapi Shery, namun Yoyo tak mau mengecewakan istrinya. Tak lama kemudian desahan demi desahan memecahkan kesunyian kamar.
* * *


Nama : ita marsita
Alamat email: ita_marsita@yahoo.com
Alamat blog: http://aftcod397.blogspot.com



Aura

Aura

Seumur hidup aku tidak pernah menangkap saura jahat dari asesorang yang pertama kali aku kenal kecuali dengannya. Mba Sry, begitulah namanya. Usianya sekitar empat puluh tahun. Wjahnya cantik meski ada kesan suntik silikon dari wajah dan hidungnya yang mancung. Kulitnya putih mulus. Rambutnya hitam dan bergellombang. Badannya langsing. Namun keriput di lehernya dan bintik-bintik hitam di wajahnya tak mampu menutupi ketuaannya.
Aku mengenalnya satu bulan yang lalu ketika aku pertama kali bekerja sebagia waitress di bar tempatku bekerja sekarang. Kla itu malam hari. Lantai satu singinghall tempatku bekerja tutup lebih awal daripada diskotik di lantai dua dan tempat check in di lantai tiga. Lantai empat adalah mess untuk para pekerja yang rumahnya jauh.
Di lantai empat itulah aku bertemu dengannya untuk pertama kali. Saat itu ia sedang mencuci baju. Ia ramah sekali menyapaku. Senyumnya manis tapi yang terbaca olehku aura kejahatannya.
Aku tidak dapat tidur sampai pagi datang. Aku takut ia akan melakukansesuatu yang jahat terhadapku. Namun, syukurlah tak ada gangguan sedikitpun sampai pagi menjelang. Keesokan harinya aku mendapatkan kesan ia tak sejahat yang kurasa. Buktinya ia membuatkan segelasa kopi untukku. Meskipun aku merasa takut untuk meminumnya. Karena itu ketika ia masuk ke dalam aku buru-buru membuangnya di westafel lalu mencuci gelasnya dengan tergesa.
Ketika aku selesai mencuci gelas tiba-tiba saja ia sudah ada di belakangku. Jantungku hampir copot karenanya. ”Kok di buang?” tanyanya. Wajahnya menekspresikan kemarahan.
”Nggak kok mbak,” suaraku hampir tak kedengaran saking kagetnya.
”Jangan bohong!”bentaknya.
Aku diam tak mampu membalas.
Untuk menebus kesalahanku aku pun mendekatinya. Meski ia mendiamkanku. Ia suka sekali ngobrol. Lebih tepatnya menggunjingkan orang lain. Aku belum kenal nama-nama orang yang bekerja di tempatku tapi aku tetap jadi pendengar yang baik untuknya.
* * *
Ketika pertama kali bertemu dnegannya kupikir ia seorang Mamih yang mengatur par bar girl, cewek yang menemani minum bahkan tidur. Tapi aku keliru ternyata ia juga bar girl.
Aku sempat di buat pangling ketika melihatnya pertamakali dengan dandanan lengkapnya. Ia memakai tank top hitam kontras sekali dengan kulitnya yang putih mulus. Celana jeans ketat dan sepatu hak tinggi menjadi padanannya. Ditambah make-up yang mempercantik wajahnya membuatnya seperti seorang artis atau model ibu kota.
Aku sering mendengar kalau wanita malam banyak yang memakai susuk untuk menjerat lelaki sebanyak mungkin. Aku rasa ia juga memakainya. Karena ia terlihat berkilau dibandingkan cewek-cewek lain yang lebih muda darinya.
Mungkin juga karena ritual yang sering dijalaninya setiap malam jum’at. Biasanya ia menyiapkan sajen. Ada kopi satu gelas, rokok satu bungkus, kue apem satu piring danb kembang tujuh rupa. Ia lalu duduk menghadapi sajen itu, mulutnya komat-kamit entah membaca apa.
Setiap kali ada yang berselisih paham dengannya lalu entah berapa waktu kemudian orang yang menjadi lawannya mendapat musibah seperti handphonenya hilang, ;sakit, jatuh dari motor, diputuskan pacarnya dan lain-lain meski hal sepele yang bisa terjadi pada siapa saja maka ia akan berkata itu akibat orang tersebut cari gara-gara dengannya. ”Sudah kubilang, siapa saj yang mengusikku pasti akan dapat balasannya.” begitu selalu ia sesumbar.
Mess dihuni delapan oran. Diantara kami berdelapan mbak Sri yang paling tua sekaligus paling lama tinggal di mess. Tak heran kalau ia lebih berkuasa dibanding kami semua. Jika selesai bekerja ada yang menelpon kami, ia kan menyuruh kami mnenerimanya di dapur sementara ia sendiri menenerima telpon di tempat tidur tak pernah di dapur dengan aksen manjanya yang dibuat-buat.
Ia menyuruh siapa saja yang dikehendakinya untuk menyapu, mengepel lantai dan membuang sampah ke lantai satu. Ia sendiri tak pernah melakukan tugas-tugas stersebut tapi ia ngotot meyakinkan kami kalau ia sudah melakukannya, dan biasanya saat kami tak ada di mess.
Kalau kami selesai kerja dan naik ke atas mendapati ia sudah tidur, kami tak boleh menyalakan lampu walu hanya sekejap apalagi kalau ngobrol meski pelan di dapur yang jarknya lumayan jauh dari ruang tidur. Tapi kalau ia naik dalam keadaan mabuk, sementara kami sudah tidur ia akan menyalakan lampu dan meracau sendiri tanpa ada yang bisa melarangnya. Ia akan murka kalau ditentang.
Ia pandai sekali membaca pikiran setiap orang. Dan tak ada yang bisa berbohong kepadanya. Dari cerita-cerita yang sudah kudengar, aku menyimpulkan kalau ia sering disakiti, ditipu dan dikecewakan. Dari pengalaman pahit itulah ia jadi lebih waspada mengamati setiap orang dan beragam situasi yang ditemuinya. Pengamatan terus menerus membuatnya lebih pandai membaca pikiran setiap orang.
Di depan ke-enam temanku yang lain ia bersikap sangat baik tapi di belakang mereka ia menjelekkan mereka semuanya. Begitu juga terhadapku, di depanku ia memujiku tapi di belakangku, ia tetap menjelekanku. Padahal aku paling akrab, paling baik hubunganku dengannya.
Ia pintar sekali bersilat lidah. Caranya mengingkari apa yang sudah dikatakannya selalu membuatku kesal. Kalau sudah begitu aku biasanya curhat sengan ke-enam temanku yang lain. Bergiliran kami menceritakan kebencian kami terhadapnya. Dan itu tidak pernah kami lakukan di tempat kami bekerja karena ia selalu punya cara untuk mendengarkan pembicaraan kami. Ia selalu muncul tiba-tiba seperti hantu.
Bukan kami saja yang tidak menyukainya , tapi hampir semua pekerja yang sulu tinggal si mess merasakan hal yang sama seperti yang kami rasakan sekarang. Sempat ada rencana untuk usul kepad pemilik bar agar mengeluarkannya dari mess, tapi setelah dipikir-pikir kami tidak tega juga. Meski kami membicarakannya secara diam-diam entah darimana ia tetap mengetahuinya. Akibatnya ia sangat murka. Begitulah Mbak Sri selalu tahu.
Memang setiap manusia memiliki sisi baik dan jahat begitu juga aku. Tapi seumur hidupku aku tidak pernah menangkap aura jahat dari orang yang baru pertama kali aku kenal, kecuali Mbak Sri!
* * *

Alamat email : ita_marsita@yahoo.com/.

Alamat Blog : http://aftcod397.blogspot.com/

Friday, November 28, 2008

curhat

bentar lagi hari ibu. tapi udah ga berarti lagi sekarang. Ibuku telah pergi meninggalkan aku sendiri. Ibuku baik sekali. paling pengertian. kalau gue sakit beliau sibuk sekali. gue kangen sekali ma ibu.kasih ibu sepanjang masa. 3o tahun menjagi ibu buat gue, tapi gue belum bisa ngasih apa-apa buat beliau.gua hanya bisa mendoakan. Gue ga bisa lihat foto beliau. gue pasti nangis nangis.dan nangis. Beliau ibu yang kuat sekali.tegar. hidupnya penuh perjuangan. ga ada yang sayanag ma gue setulus ibu gue ke gue. Mah i miss you. i love you.

Thursday, November 27, 2008

cinta tak selalu abadi

cinta tak selalu abadi.contohnya kasuhpasha ma istrinya oki agustina. semua yang sering nonnton gosip seperti gue pasti kaget mendengar isu perceraian mereka. hei, mereka kan romantis banget. gila. tiba-tiaba aja das mau bercerai.gue ga abis pikir kenapa yah mereka sampai bercerai. tapi udahlah gue kok selalu pengen tahu urusan orang lain yah. tapi semoga mereka bisa rujul lembali. yakin deh kalian bakal nyesal kalau dah cerai.so buat kalian berdua sabar yee